Perkasakan umat Melayu, Islam – Mufti

IPOH 15 Julai – Umat Melayu dan Islam perlu terus diperkasakan bagi memastikan kedua-duanya kekal menjadi tunjang kepada pembangunan negara seiring dengan perkembangan semasa.

Mufti Perak, Tan Sri Harussani Zakaria berkata, perkara itu perlu menjadi keutamaan umat Melayu dan Islam pada masa ini sekali gus membentuk perpaduan Islam yang kukuh seperti satu ketika dahulu.

”Melayu satu ketika dahulu dibangunkan oleh Islam, mereka bersatu padu kerana Islam, bangkit daripada kegelapan kerana Islam dan menentang penjajah juga kerana Islam.

”Bagaimanapun, keadaan sekarang sudah berbeza dan tidak menentu kerana ada perbalahan politik serta ditambah lagi dengan masalah sosial. Jadi amat perlu dan penting kita semua kembali membentuk perpaduan Islam,” katanya kepada Utusan Malaysia di sini hari ini.

Beliau menyatakan demikian ketika diminta mengulas resolusi Muzakarah Cendekiawan Islam 2009 hari ini.

Muzakarah yang diadakan sempena sambutan ulang tahun hari keputeraan Sultan Perak, Sultan Azlan Shah yang ke-81 itu disertai seramai 200 peserta terdiri daripada kalangan cendekiawan Islam termasuk wakil dari Singapura.

Harussani berkata, semua peserta juga bersetuju bahawa institusi kesultanan Melayu selaku ketua agama Islam menggunakan segala ruang dan kuasa yang ada untuk memperkasakan Islam.

Jelas beliau, perkara berkenaan adalah selaras dengan perlembagaan negara dan negeri yang memberi kuasa dan kekuatan kepada raja-raja untuk membangunkan Islam.

Katanya, ia juga sejajar dengan hadis Rasulullah SAW yang bermaksud, ”Manusia itu mengikut cara hidup rajanya.”

”Kalau rajanya kuat agama maka rakyat akan kuat juga agamanya. Jadi golongan raja dan istana perlu mempelopori penghayatan Islam dan kemudian turun ke bawah untuk menyebarkannya.

”Pada masa sama, orang yang di bawah iaitu rakyat perlu bersedia untuk menerimanya kalau tidak ia tidak akan jadi.

”Sebab itu kita katakan bahawa raja itu berdaulat kerana mentaati dan membangunkan Islam,” katanya.

Menurut Harussani, kerajaan atau pemerintah tertinggi juga perlu menggarap Islam dan melakukan penghayatan secara sempurna dengan serius serta agresif.

Katanya, langkah berkenaan akan meliputi semua bidang supaya penyatuan umat Melayu dan Islam benar-benar kukuh dan tidak mudah goyah.

”Kalau raja sudah buat (penghayatan Islam) kemudian menerapkannya kepada pentadbiran dan rakyat jelata semuanya menerima maka barulah Melayu boleh menjadi Ummah Wahidah atau umat yang satu sama ada di dunia dan di akhirat.

”Orang mukmin itu adalah bersaudara, orang Islam juga bersaudara kerana kita mempunyai akidah dan kepercayaan yang sama berlandaskan Islam.

”Kita wajib laksanakan perintah agama itu (membentuk perpaduan),” katanya sambil menambah tulisan jawi yang menjadi legasi keharmonian umat Melayu Islam perlu dibudayakan secara serius di semua peringkat.

Tembang ‘Ilir-Ilir’

Sosial Budaya  Makna Religi Dalam Tembang ‘Ilir-Ilir’

Kehidupan di dunia ini hanyalah sebuah persinggahan menuju alam akhirat yang kekal dan abadi.

Sunan   Kalijaga

Hampir sebagian besar masyarakat Jawa, mengenal tembang Ilir-Ilir yang dibuat oleh Raden Ja’far Shadiq atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Kalijaga, salah seorang wali yang tergabung dalam Walisongo (Sembilan Wali) dan menyebarkan Islam di Tanah Jawa. Dalam salah satu riwayat, yang menciptakan tembang ‘Ilir-Ilir’ adalah Sunan Ampel.

Kesembilan wali tersebut adalah Maulana Malik Ibrahim (Gresik), Sunan Ampel (Surabaya), Sunan Bonang (Tuban), Sunan Drajat (Lamongan), Sunan Gunung Jati (Cirebon), Sunan Kudus (Kudus), Sunan Giri (Gresik), Sunan Muria (Gunung Muria) dan Sunan Kalijaga (Demak).

Tembang Ilir-Ilir, adalah salah satu dari sekian banyak tembang yang dibuat oleh Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam kepada masyarakat Jawa.

Seperti diketahui, sebelum memeluk Islam sebagian besar masyarakat Jawa pada zaman dahulu memeluk agama Hindu. Karena itu, tak heran bila pengaruh Hindu begitu dalam merasuk pada sanubari masyarakat Jawa. Apalagi, berbagai kesenian dan kebudayaan Hindu hampir telah menjadi keseharian masyarakat Jawa.

Agar agama Islam bisa diterima dengan baik di kalangan masyarakat Jawa, maka para Walisongo menyebarkan Islam secara bijaksana, yakni mewarnai pengaruh Hindu itu dengan ajaran-ajaran Islam sesuai petunjuk Alquran dan hadis Nabi SAW. Dengan demikian, maka masyarakat Jawa pun secara perlahan-lahan mengamalkan ajaran Islam sebagaimana tuntunan Alquran dan hadis.

Selain itu, konsep yang ditanamkan para Walisongo dalam menyebarkan ajaran Islam pada masyarakat adalah dengan berdekatan secara langsung dengan kebiasaan masyarakatnya, namun tetap berpegang pada ajaran Islam.

Itulah yang tampaknya dari tembang syair yang terdapat dalam Ilir-Ilir yang dibuat oleh Sunan Kalijaga. Berikut tembang syair Ilir-Ilir tersebut.

Lir-ilir, Lir-ilir,

Tandure wis sumilir,

Tak Ijo royo-royo

Tak sengguh penganten anyar.

Cah angon, cah angon,

Penekno blimbing kuwi,

Lunyu-lunyu penekno,

Kanggo mbasuh dodot iro.

Dodot iro, dodot iro,

Kumitir bedah ing pinggir,

Dondomana jlumatana,

Kanggo seba mengko sore.

Mumpung jembar kalangane,

Mumpung padang rembulane,

Yo surako, surak hayo.

Menurut G Surya Alam, dalam bukunya Wejangan Sunan Kalijaga, tembang ‘Ilir-Ilir’ tersebut mengandung nasehat atau wejangan untuk menjadi seorang Muslim yang baik.

”Bila direnungkan secara mendalam, apa yang tersirat dalam suratan tembang ‘Ilir-Ilir’ tersebut, secara global mengandung empat hal. Pada bait pertama, bertutur tentang bangkitnya iman Islam. Bait kedua, merupakan perintah untuk melaksanakan kelima rukun Islam semaksimal mungkin. Bait ketiga, menganjurkan untuk tobat dan memperbaiki segala kesalahan yang telah dilakukan. Perbaikan itu diharapkan menjadi bekal untuk menuju kehidupan yang abadi, yaitu akhirat. Sedangkan bait keempat, mengajak umat untuk segera memperbaiki diri selagi masih ada kesempatan sebelum datang kesempitan, selagi sehat sebelum datang sakit, selagi mudah sebelum datang kesulitan, selagi muda sebelum datang tua, dan selagi hidup sebelum datang kematian,” tulisnya.

Makna Religi

Secara singkat, dapat diterangkan kandungan makna dari tembang Ilir-Ilir yang sarat dengan pesan-pesan moral.

Kata ‘Lir-Ilir’ maksudnya adalah seseorang yang telah terjaga (bangkit) dari tidurnya. Hendaknya segera bangkit dan segera sadar.

Maksud dari kata tersebut, orang yang belum masuk (memeluk) Islam dianggap masih tertidur. Dengan pengulangan kata ‘Lir-Ilir, Lir Ilir’, maksudnya adalah segeralah bangun dan menuju pemikiran yang lebih segar, yakni agama Islam.

Sedangkan kata ‘Tandure wus sumilir‘ maksudnya adalah bahwa benih yang telah ditanam sudah tumbuh. Yaitu, nilai-nilai iman dalam dada mereka sudah tumbuh. Karena itu, mereka harus menjaganya agar senantiasa bersemi. Dan jika iman atau benih itu terawat dengan baik, maka ia akan melahirkan dan menumbuhkan buah yang baik pula. Misalnya, bila benih iman tadi dirawat dengan baik dan senantiasa disirami dengan air yang jernih (membaca Alquran, zikir, shalawat, dan lainnya), niscaya tumbuhan itu pun akan berkembang dengan subur.

Adapun kata ‘Tak ijo royo-royo’ mengandung arti bahwa tumbuhan yang tumbuh subur itu, maka daunnya akan senantiasa berwarna hijau dan segar. Tampaknya maksud dari kata ini adalah bawah seorang pribadi muslim itu senantiasa memiliki perilaku yang baik, suka menolong dan menyenangkan hati bagi orang lain.

Maka kata ‘Tak sengguh penganten anyar’ lalu bermakna, bahwa pribadi yang baik dan sikap yang sopan, akan disenangi banyak orang. Karena itu, dirinya bagaikan sepasang pengantin baru yang disambut gembira oleh khalayak.

Oleh karena itu, orang yang senantiasa memupuk imannya dengan sikap dan perilaku yang baik, serta menjalankan ajaran Islam dengan sempurna, niscaya dirinya akan hidup berbahagia, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Agar iman tetap baik, tidak berbuat maksiat, mencuri, berzina, dan mabok, serta tumbuhan tetap tumbuh subur sehingga senantiasa berkembang (tak ijo royo-royo), dijauhi dari hama dan penyakit, maka si pemiliknya harus senantiasa memelihara dan merawatnya. Tumbuhan harus disirami dengan air, tanahnya diberi pupuk agar tumbuh subur, dan diberi penghilang hama dan penyakit. Begitu pula dengan iman, ia harus senantiasa dijaga, dipelihara dan dirawat dengan baik dengan perbuatan-perbuatan mulia, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa, berzikir, sedekah, zakat, dan membantu orang yang membutuhkan.

Makna yang dapat dipetik dari tembang Ilir-Ilir pada bait pertama ini adalah, hendaknya setiap pribadi muslim itu bangkit dari ‘tidurnya’. Lalu mengerjakan amal-amal saleh, agar iman dan Islamnya tumbuh subur, sehingga dirinya disenangi orang banyak.

Selanjutnya, pada bait kedua dari tembang ‘Ilir-Ilir’ tersebut mengandung makna yang sangat dalam bagi setiap muslim, dalam membentuk jiwa yang kuat, pemberani, tanpa kenal lelah dan putus asa. Sehingga akan membentuk pribadi-pribadi yang sabar, pantang menyerah demi sebuah cita-cita yang mulia.

belimbing

Kata ‘Cah angon’ maknanya adalah wahai anak gembala. Disebutkan sebanyak dua kali, yaitu ‘cah angon, cah angon‘ menunjukkan adanya perintah yang harus dilaksanakan.

Apakah perintah yang dimaksud itu? ‘Penekno blimbing kuwi’, artinya panjatlah pohon belimbing itu. Karena kata tersebut menegaskan sebuah perintah, maka yang diperintah adalah seorang bawahan, yang kedudukannya lebih rendah dari yang memerintah. Makanya disebut kata ‘cah’ (nak, anak-anak). Kesannya adalah orang tua memerintahkan anaknya untuk memanjat pohon belimbing.

Kok pohon belimbing dan anak gembala? Maksudnya adalah, cah angon itu seorang anak gembala yang berarti manusia. Yang digembalakan adalah nafsunya dari hal-hal keduniawian. Sebab, nafsu itu bila tidak digembalakan (diarahkan) maka si gembala dapat terjerumus kedalam lubang yang berbahaya. Dirinya bisa melakukan perbuatan maksiat dengan bebas, karena tidak ada yang di-angon (gembalakan).

Lalu apa yang digembalakan? Itulah nafsunya tadi. Lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodot iro. Kendati licin, tetap harus dipanjat, demi membersihkan ‘pakaian batin’ yang kotor. Maksudnya, walaupun perintah itu sulit dilalui, namun ia harus tetap melewati dengan melaksanakannya, demi sebuah cita-cita yang luhur dan mulia.

Mengapa pula Sunan Kalijaga memakai kata ‘Blimbing’ dalam tembangnya ini? Tentu maksudnya adalah rukun Islam harus ditegakkan. Buah belimbing memiliki lima sisi, yang masing-masing sisi itu dimaknai dengan syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji (bila mampu).

Kelima rukun Islam ini harus dilaksanakan oleh setiap pribadi muslim agar dapat membentuk dirinya menjadi insan kamil, yaitu manusia yang sempurna. Menjalankan shalat bagi sebagian orang terasa agak sulit, namun demi sebuah cita-cita, maka hal itu harus terus dikerjakan.

Karena itu, seorang muslim sejati, harus mampu melaksanakan segala apa yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang oleh agama. Tujuannya agar dirinya menjadi manusia-manusia yang berbudi, berakhlak mulia, disayang orang banyak, dengan sifat-sifatnya yang suka menolong orang lain tanpa kenal pamrih.

Berbagai ujian dan cobaan selalu dihadapinya dengan kesabaran, kepasrahan, dan tawakkal kepada Allah. Dan dia akan senantiasa melalui ujian itu dengan lapang dada, kendati terasa berat, sebab banyak godaannya. Namun, Allah menjelaskan, Dia tidak akan menguji atau membebankan suatu perintah kepada hambanya diluar batas kemampuan yang dimiliki oleh hamba tersebut.

”Laa yukallifullahu nafsan Illa wus’aha,” Allah tidak membenani seseorang itu, kecuali sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. (QS Al-Baqarah : 286). (syahruddin el-fikri)

*****

Persiapkan Bekal Akhirat

”Dodot iro, dodot iro,

Kumitir bedah ing pinggir,

Dondomana Jlumatana,

Kanggo seba mengko sore.

shalat

Maksud dari syair ini adalah setiap muslim hendaknya melakukan taubat yang sesungguhnya, mau memperbaiki kesalahannya sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak.

Dalam bahasa Jawa, Dodot adalah ”ageman’ (pakaian) dalam menggambarkan agama atau kepercayaan yang dianut. Sedangkan kata Kimitir bedah ing pinggir’ artinya banyaknya robekan-robekan pada bagian tepi pakaian itu, hendaknya segera dijahit. Sebab, pakaian yang cacat dan rusak itu tentunya tidak pantas lagi untuk dipakai. Agar pantas digunakan lagi, maka perbaikilah.

Itulah makna dari Dondomana Jlumatana artinya, jahirlah bagian yang robek itu. Begitulah halnya dengan kepercayaan kita yang telah rusak, hendaknya kita bertobat dan mau memperbaiki kesalahan tersebut serta tidak mengulanginya lagi. Itulah yang dinamakan dengan taubat nasuha (taubat yang sesungguhnya).

Dengan demikian, segala perbuatan yang sudah kita perbaiki tujuannya adalah sebagai bekal kita di kehidupan akhirat kelak. Disinilah makna dari Kanggo seba mengko sore. Perjalanan manusia selama di dunia ini hanyalah sebagai persinggahan sementara. Awalnya dia berangkat, kemudian kembali. Pagi dia kerja, sore sudah kembali.

Jadi, perbuatan yang baik seperti shalat, zakat, puasa, haji, sedekah dan lain sebagainya itu, tujuannya adalah sebagai bekal umat Islam untuk di kehidupan akhirat.

Mumpung Padang Rembulane,

Mumpung Jembar kalangane.

Selagi masih ada waktu, bersegeralah memperbaiki diri. Mumpung terang sinar rembulannya, dan mumpung luas waktunya. Sebab, bila sudah malam hari tanpa sinar rembulan, maka orang tak akan dapat melihat apa-apa. Ini dimaksudkan, di saat gelap orang akan sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Acapkali yang baik dijelekkan, dan yang jelek dibagus-baguskan.

Artinya, selagi masih muda, selagi sinar rembulan masih memancar, segeralah berbuat kebaikan, dan melaksanakan kewajiban yang telah diperintahkan. Waktu yang ada, jangan disia-siakan tanpa guna dan berlalu begitu saja tanpa hasil.

Bila semua itu bisa dilaksanakan dengan baik dan sempurna, maka bergembiralah. Yo surak o, sorak hayo. Sebab, segala kewajiban yang dilaksanakan dengan baik dan sempurna, maka kehidupan di akhirat nanti akan mendapatkan balasan yang baik pula. Karena itu, berbahagialah mereka yang mampu melaksanakan segala kewajiban dengan baik, tanpa cacat sedikit.

Demikianlah kiranya, makna terdalam dari tembang syair ‘Ilir-Ilir’ yang dikarang oleh Sunan Kalijaga sebagai pedoman bagi setiap muslim untuk mencapai kehidupan akhirat yang lebih baik. Wa Allahu A’lamu. (sya)

http://islamdigest.ne

Saat Kecilku

meriam buluh 1

mb2

Waktu kecil dulu,  meriam buluh sinonim dengan kehadiran Aidil Fitri.  Tidaklah beraya  kalau tiada meriam buluh.   Bau karbaid,  minyak tanah dan  asap  muncung meriam sebahagian nikmat  gembira selain  ketupat dan  rendang.

Indahnya menjelang  BERBUKA bermain mercun dan bunga api.

Mercun juga  merupakan pelengkap  perayaan suasana kampung 60an dulu.

From Mardi
Cekur
  • Nama Botani : Kaemferia Galanga L

  • Pengenalan: Cekur berasal dari Asia Tropika. Penyebarannya meliputi kawasan di Asia Tenggara seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Vietnam serta India dan China. Di negara kita, kebanyakan kawasan ditanam di sekitar rumah yang berkeadaan lembab dengan sedikit teduhan. Tumbuhan ini mempunyai daun-daun yang lebar dan tumbuh mendatar di atas permukaan tanah. Saiz daun boleh mencapai sehingga 10 cm lebar dan 15 cm panjang. Pelepah daun pendek dan berukuran 2–3 cm sahaja. Cekur berbunga di tengah-tengah rumpun. Bunganya berwarna putih dan berbintik ungu. Daun dan rizomnya mempunyai bau yang unik dan sangat beraroma. Rizomnya berbentuk seperti susunan jari. Di hujung akarnya pula, terdapat butir-butir ubi berwarna putih kemerahan yang juga berbentuk seperti jari.
  • Khasiat dan Kegunaan: Rizom cekur digunakan sebagai tonik selepas bersalin bagi mengecutkan rahim, bahan untuk jamu bagi senak perut, membuang angin, sakit sendi serta melancarkan haid. Ia juga digunakan untuk melegakan batuk, mengurangkan bengkak dan dibuat bedak untuk merawat jerawat. Daunnya yang muda dimakan sebagai ulam atau dibuat kerabu. Rizomnya juga digunakan sebagai ramuan masakan.

Sedia dengar idea tingkat motivasi guru – Muhyiddin

Sedia dengar idea tingkat motivasi guru – Muhyiddin

KUALA LUMPUR 12 Mei – Tan Sri Muhyiddin Yassin berkata, Kementerian Pelajaran sentiasa terbuka untuk meneliti sebarang cadangan dan idea ke arah membantu meningkatkan motivasi dan komitmen para guru.

Menurut Timbalan Perdana Menteri, perkara ini sejajar dengan hasrat kerajaan yang mahu para guru berasa gembira dengan tanggungjawab besar mereka sebagai pendidik generasi masa depan.

“Profesion pendidikan bukan sahaja mulia tetapi mereka yang terlibat dengannya juga mesti gembira dengan galakan yang sepatutnya,” katanya yang juga Menteri Pelajaran pada sidang akhbar selepas mengadakan lawatan ke Bahagian Teknologi Pendidikan (BTP) di sini hari ini.

Hadir sama, Ketua Setiausaha Kementerian Pelajaran, Tan Sri Dr. Zulkurnain Awang dan Ketua Pengarah Pelajaran, Datuk Alimuddin Mohd. Dom.

Menurut Muhyiddin, beliau telah menyatakan perkara ini kepada wakil-wakil kesatuan sekerja dalam sektor pendidikan berikutan satu perjumpaan yang diadakan minggu lalu.

“Ia pertemuan yang mesra. Mereka memberikan pelbagai idea dan pandangan bagaimana untuk meningkatkan tahap pengajaran di negara ini. Mereka juga membangkitkan isu meningkatkan kebajikan dan standard profesion itu.

“Saya bersikap terbuka tentangnya dan saya mencadangkan supaya mereka menyampaikan (idea dan pandangan) itu secara formal dan kami dari semasa ke semasa akan melihat perkara-perkara yang dibangkitkan,” jelasnya.

Menyentuh rungutan beban kerja berlebihan yang dihadapi guru-guru, Muhyiddin berkata, perkara itu sememangnya dalam perhatian beliau.

“Kita akui guru juga ada beban tugas lain kerana di samping mengajar, ada tanggungjawab lain yang perlu dilakukan mereka di sekolah.

“Kita akan teliti apa yang boleh kita lakukan dalam isu ini untuk terus meningkatkan semangat mereka dalam menjalankan tugas,” ujarnya.

Mengenai lawatan beliau ke BTP hari ini, Muhyiddin mengakui bahagian itu memerlukan lebih banyak peruntukan untuk meningkatkan lagi keupayaannya dan keperluan ini akan diteliti oleh kerajaan.

Katanya, setakat ini lebih 200,000 guru telah dilatih untuk menggunakan teknologi maklumat dan komunikasi (ICT) dalam pengajaran yang pastinya akan membantu meningkatkan lagi pencapaian pendidikan negara.

“Dengan menggunakan teknologi kita harap guru dan murid akan dapat secara lebih mudah menguasai ilmu melalui saluran ICT yang disediakan dan dengan cara begini kita harap jurang antara bandar dan luar bandar dapat dihapuskan.

“Kita harap cara menimba ilmu pengetahuan di kalangan pelajar kita ini dapat dimajukan setanding dengan kemajuan yang dicapai negara-negara yang maju dalam bidang pendidikan,” katanya.

Melayu dan Bumiputera dihina,silap Umno sendiri

Irwan Muhammad Zain

Fri | Mar 27, 09 | 12:01:05 pm MYT

KUALA LUMPUR, 27 Mac (Hrkh) – PAS menyanggah kenyataan Perdana Menteri, Dato’ Seri Abdullah Ahmad Badawi yang menyalahkan pembangkang bila orang Melayu dan bumiputera dihina sewenang-wenangnya.

Setiausaha Agung PAS Pusat, Dato’ Kamaruddin Jaffar menegaskan perkara tersebut berlaku akibat kesilapan dan kelemahan Umno yang mengetuai Barisan Nasional (BN).

Beliau menegaskan Abdullah tidak sepatutnya mengaitkan kelemahan Umno-BN dengan pembangkang kerana telah terbukti pemerintahan PAS di Kelantan yang telah hampir 20 tahun bersih dan telus tanpa sebarang salah laku dan rasuah.

“Kenapa Abdullah nak kaitkan pembangkang bila rakyat marah dengan Umno-BN sedangkan telah hampir 20 tahun PAS perintah Kelantan tidak ada pun exco atau wakil rakyat yang dikaitkan dengan rasuah.

“Rakyat bukan Melayu tidak menghina orang Melayu dan Bumiputera tetapi sebaliknya marah dan kecewa dengan Umno yang kononnya menjaga ketuanan Melayu namun membiarkan orang Melayu terus menerus dihimpit kesusahan,” tegas beliau.

Pemerintahan PAS di Kelantan tegas Kamaruddin yang telus dan berintegriti diterima baik oleh masyarakat bukan Melayu dan tidak pernah berlaku orang Melayu dan Bumiputera dihina kerana hak semua dijaga.

Beliau seterusnya menegaskan penerimaan baik masyarakt bukan Melayu terhadap PAS di Kelantan membuktikan bahawa orang Melayu dan Bumiputera tidak dipersalahkan sebaliknya mereka hanya menyalahkan Umno-BN. – mks.

PPSMI: Profesor-profesor Melayu yang menentang PPSMI

PPSMI: Profesor-profesor Melayu yang menentang PPSMI

Ahad, 8 Mac 2009 •

Kategori: Berita Semasa, Berita Utama, Nasional

Berikut adalah nama-nama ahli akademik Melayu yang tampil menentang dasar Pengajaran Dan Pembelajaran Sains Dan Matematik (PPSMI).Prof. A. Rahman A. Jamal (Perubatan),Prof. Abd Rahim Shamsudin (Geologi),Prof. Abdul Jalil Abdu Kader (Mikrobiologi) ,Prof. Dato’ Abdul Latif Mohamad (Botani), Prof. Abdul Razak Hamdan (Teknologi Maklumat), Prof. Dato’ Abdul Razak Salleh (Matematik), Prof. Abdul Salam Babji (Sains Makanan), Prof. Abu Osman Md Tap (Matematik). Prof. Ainoon Othman (Perubatan), Prof. Alias Kamis (Biosains), Prof. Aminah Abdullah (Sains Makanan), Prof. Azimahtol Hawariyah Lope Pihie (Biosains), Prof. Aziz Bidin (Sains Sekitaran), Prof. Aziz Deraman (Teknologi Maklumat), Prof. Baharudin Yatim (Fizik Tenaga), Prof. Basir Jasin (Geologi), Prof. Bohari Mohd Yamin (Kimia), Prof. Che Husna Azhari (Kejuruteraan) Prof. Faridah Habib Shah (Genetik). Prof. Halimah Bdioze Zaman (Teknologi Maklumat), Prof. Hamid Lazan (Botani), Prof. Hamzah Mohamed (Geologi), Prof. Hassan Basri (Kejuruteraan), Prof. Hatta Shaharom (Perubatan), Prof. Ibrahim Abdullah (Kimia), Prof. Ibrahim Abu Talib (Fizik), Prof. Ibarahim Komoo (Geologi), Prof. Ikram Mohd Said (Kimia), Prof. Ismail Sahid (Sains Sekitaran), Prof. Jaafar Sahari (Kejuteraan), Prof. Jamaludin Mohame (Bioperubatan), Prof. Kamarudin Mohd Yusof (Kejuruteraan). Prof. Kamaruzzaman Sopian (Kejuruteraan), Prof. Karis Misiran (Perubatan), Prof. Kasmiran Jumari (Kejuruteraan), Prof. Dato’ Khalid Yusof (Perubatan), Prof. Khalijah Mohd Salleh (Pendidikan Fizik). Prof. Lim Swee Cheng (Fizik Teori), Prof. Mahani Mansor Clyde (Sains Sekitaran), Prof. Masbah Omar (Perubatan), Prof. Md. Pauzi Abdullah (Kimia), Prof. Mohammmed Yusoff (Teknologi Maklumat) Prof. Mohd. Azman Abu Bakar (Bioperubatan), Prof. Mohd Ismail Noor (Pemakanan), Prof. Mohd Nordin Hassan (Sains Sekitaran). Prof. Mohd Salleh Mohd Said (Entoologi), Prof. Mohd Yusof Othman (Fizik Tenaga), Prof. Mokhtar Abdullah (Statistik), Prof. Muhamad Yahya (Fizik Pepjal), Prof. Muhammad Mat Salleh (Fizik Pepejal) Prof. Nik Aziz Sulaiman (Perubatan), Prof. Noraini Tamin (Sains Sekitaran), Prof. Normah Mohd Noor (Bioteknologi), Prof. Othman Ross (Sains Laut), Prof. Othman Omar (Biosains Molekul), Prof. Paden Morat (Bioperubatan). Prof. Rohani Ahmad (Botani), Prof. Roslan Abd. Shukor (Fizik Semikonduktor), Prof. Sallehuddin Sulaiman (Bioperubatan), Prof. Shahabuddin Shaari (Kejuruteraan), Prof. Shaharir Mohamad Zain (Matematik), Prof. Shahrim Ahmad (Fizik), Prof. Syed Muhamed Aljunid Syed Junid (Perubatan), Prof. Tg Mohd. Tg Sembok (Teknologi aklumat), Prof. Wan Ramli Wan Daud (Kejuruteraan), Prof. Zainal Abidin Abu Hassan (Zoologi), Prof. Zainon Mohd Ali (Botani), Prof. Zubaid Akbar Mukhtar Ahmad (Sains Sekitaran).

Memahami erti jihad

DALAM kamus Islam, jihad bermaksud perang pada jalan Allah. Tetapi, sejauh mana ia difahami, khususnya oleh masyarakat antarabangsa?

Salah faham itu menyebabkan orang Islam sering dikaitkan dengan ‘keganasan’ (terrorism) sedangkan jihad dan keganasan jauh berbeza.

Jihad bermaksud berjuang sedaya upaya pada jalan Allah seperti dijelaskan dalam al-Quran: “Dan Berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.” (al-Haj:78)

Nabi Muhammad s.a.w ada bersabda maksudnya: “Sesiapa mati padahal dia tidak berperang dan tidak pun pernah berniat hendak berperang, maka matilah dia seperti mati jahiliyah.”

Tetapi di Barat, jihad kerap disalah erti sebagai perang suci yang dianggap sama dengan perang suci orang bukan Islam seperti Kristian dan Yahudi sedangkan dalam terminologi Islam pengertiannya lebih luas.

Jihad berasal dari perkataan juhd yang bermaksud kuasa dan upaya (at-taaqah) serta kesukaran (al-masyaqqah), membabitkan dua pengertian iaitu secara umum dan khusus.

Pengertian umum jihad ialah segala daya usaha dan segenap kekuatan yang dicurahkan untuk menegakkan hukum dan perintah Allah di atas muka bumi ini dan membersihkan segala taghut yang menjadi penghalang kepada jalan dakwah.

Jihad umum ini merangkumi jihad harta, pembelajaran, politik, penyampaian dakwah dan peperangan.

Jihad dengan pengertian yang khusus merujuk kepada perang pada jalan Allah.

Sayyid Abul ‘Ala al-Maududi berkata: “Setiap orang yang berusaha untuk meninggikan kalimah Islam dengan menggunakan segala yang ada padanya daripada harta benda, jiwa raga, pena dan lidah, maka ia tanpa ragu lagi tergolong dalam orang yang berjihad di jalan Allah dengan pengertian jihad umum.

“Tetapi kalimah jihad ini juga diungkapkan untuk pengertian jihad yang khusus iaitu peperangan dilakukan oleh kaum Muslimin untuk menentang musuh Islam kerana mengharapkan keredaan Allah, bukan duniawi.”

Menurut Syeikh Sayyid Sabiq, jihad ialah menggunakan sepenuhnya kekuatan, kuasa dan upaya yang ada dan menanggung kepayahan dan kesukaran untuk memerangi musuh dan menangkis serangannya.

Di kalangan sarjana, ada yang memberikan pengertian lebih umum kepada jihad dengan turut memasukkan mujahadah iaitu jihad melawan hawa nafsu dan syaitan.

Ibnu Qayyim al-Jauzi meletakkan jihad dalam empat peringkat iaitu jihad terhadap hawa nafsu, syaitan, orang kafir dan munafik, orang zalim serta pelaku bidaah dan kemungkaran.

Jihad adalah sesuatu tidak asing dari lembaran sirah perjuangan nabi.

Menurut kiraan ahli sejarah, sepanjang 10 tahun nabi di Madinah, kira-kira 70 angkatan perang diutuskan untuk menghadapi peperangan dengan musuh Islam dan 28 angkatan itu dipimpin baginda sendiri.

Dalam jihad ini baginda menggunakan beberapa jenis pedang seperti Ma’thur, pedang terawal dimiliki baginda sebagai harta pusaka dari bapanya, al-‘Adhab dan Zulfiqar iaitu pedang yang tidak pernah berpisah dengan baginda yang dihiasi dengan perak.

Justeru, orientalis melemparkan kritikan dan mengadakan dakwaan kononnya Islam berkembang dengan mata pedang.

Sebenarnya matlamat peperangan dalam Islam ialah untuk meruntuhkan sistem kekufuran, menegakkan ubudiyah hanya untuk Allah serta menzahirkan keagungan, ketinggian dan kemuliaan Islam di atas muka bumi ini.

“Dan, perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi dan agama itu hanya semata-mata untuk Allah.” (al-Baqarah:193)

Maksud fitnah dalam ayat itu ialah kufur dan syirik, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Qatadah, Mujahid dan Rabi’.

Islam tidak sekali-kali bermaksud untuk memaksa manusia menganut Islam melalui peperangan.

Mustafa al-Syiba’iy ada menegaskan, peradaban Islam adalah untuk mengajak manusia supaya saling kenal mengenal dan tolong menolong dalam keadaan damai.

Prinsip peradaban Islam, katanya, mengharamkan peperangan, tidak boleh menyerang, merampas harta benda dan menghina kehormatan sesuatu bangsa.

“Dalam Islam perang yang sah hanyalah bertujuan membela akidah dan moral umat dan kebebasan, kemerdekaan dan keselamatan umat,” katanya, dipetik daripada buku 10 Tokoh Sarjana Islam Paling Berpengaruh.

Jihad perang disyariatkan untuk tujuan membalas serangan musuh, tetapi tidak secara melampaui batas seperti ditegaskan pada ayat 190 surah al-Baqarah, bermaksud: “Dan perangilah di jalan Allah orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas kerana sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Ia juga diharuskan untuk membantu orang Islam yang lemah dan dizalimi orang kafir seperti dijelaskan pada ayat 75 surah an-Nisa’ serta menghukum perosak agama dan masyarakat Islam termasuk golongan murtad, pemberontak, perompak dan lanun.

Jihad bukanlah suatu peperangan secara agresif, yang menghalalkan semua perkara bagi mencapai kepuasan dan kepentingan diri termasuk merosakkan rumah ibadat, kanak-kanak dan wanita, haiwan dan tumbuhan.

Ia tertakluk kepada garis panduan yang sudah ditetapkan dan jika tidak ia tidaklah dikatakan jihad.

Wasiat Saidina Abu Bakar kepada tentera Usamah jelas menggambarkan mengenai jihad dan garis panduannya, iaitu: “Jangan menyeksa, jangan membunuh anak kecil, orang tua dan kaum wanita. Jangan menyembelih kambing, lembu atau unta kecuali untuk dimakan. Kamu akan melalui orang yang sedang bertapa di kuil, maka biarkan mereka dengan apa yang mereka lakukan.”

Dalam perang Uhud, yang mana Rasulullah cedera dan kalangan sahabat meminta baginda mengutuk kaum musyrikin lalu baginda menjawab: “Aku diutuskan bukan untuk membawa laknat, tetapi diutuskan untuk menyeru dan pembawa rahmat.”

Kemudian baginda berdoa: “Ya Allah, tunjuki kaumku kerana sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”

Ungkapan Rasulullah itu jelas menunjukkan baginda berperang bukan kerana hausnya pada pertumpahan darah seperti pemimpin empayar besar lain, tetapi kerana ingin menunjukkan jalan kebenaran.


Yang Enak

Yang enak , orang suka

Yang enak , orang suka

D’MACARONI GORENG

Bahan-bahannya
1 paket (500 gram) macaroni
12 ekor udang, dibersihkan
150 gram daging cincang
4 biji telur, digoreng pecah-pecah
1 ikat sawi, dipotong selebar 2 inci
2 sudu besar kicap
2 sudu besar sos tomato
¼ cawan bawang goreng
garam secukupnya
serbuk perasa, jika suka
gula secukupnya
minyak untuk menumis

Bahan untuk dikisar
15 tangkai cili kering, direndam dengan air panas
3 biji bawang besar
1 ulas bawang putih
1 ½ sudu teh serbuk jintan halus

Cara-caranya
1. Panaskan secukup air didalam periuk dan letakkan 1 sudu besar minyak masakan. Bila air telah mendidih masukkan macaroni dan rebus sehingga ia masak. Bila telah masak angkat dan toskan. Minyak masakan digunakan supaya bila macaroni ditoskan ia tidak melekat antara satu sama lain.
2. Panaskan secukup minyak didalam kuali. Tumis bahan yang telah dikisar sehingga ia naik bau. Masukkan kicap, sos tomato, garam, gula dan serbuk perasa.
3. Masukkan daging cincang dan bila daging telah bertukar warna. Masukkan pula udang. Masak sehingga udang bertukar warna.
4. Masukkan sawi dan telur yang telah disediakan tadi. Gaul rata.
5. Masukkan pula macaroni yang telah direbus. Gaul sehingga rempah dan macaroni rata.
6. Taburkan bawang goreng dan gaul sehingga ia sebati. Sedia untuk dihidang.

Perlukan Warisan Budaya Tradisional Terus Dilestarikan?

Permainan Barongan  biasa dipersembahkan  dalam acara  rasmi dan majlis-majlis perkahwinan di Johor.

rotation-of-pc1400432

Barongan beraksi

Barongan beraksi